get app
inews
Aa Text
Read Next : Truk Pengangkut Tabung LPG Seruduk Minibus dan Rumah Warga, 3 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit

Tradisi Unik Awal Ramadhan di Bone, Warga Masih Lestarikan Pelleng-pelleng yang Mulai Terkikis

Sabtu, 01 Maret 2025 | 08:13 WIB
header img
Tradisi Pelleng-pelleng. (Foto: Humas Kemenag Bone).

BONE, iNewsCelebes.id - Memasuki awal bulan Ramadhan, ragam cara dilakukan masyarakat dalam memaknai bulan penuh berkah.

Berbeda halnya, sebagian kecil masyarakat Desa Uloe, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone. Warga setempat masih melestarikan tradisi unik yang disebut Pelleng-pelleng (pelita atau penerangan).

Dilansir dari website Kemenag Sulsel, Tradisi Pelleng-pelleng ini merupakan warisan turun-temurun yang dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Namun, sayangnya, tradisi mulai terkikis seiring berjalannya waktu.

Menurut salah seorang warga Desa Uloe, Hj. Wadi, tradisi ini telah dilakukan sejak dahulu kala.

"Kami pertahankan sebagai 'sennu-sennureng' (warisan leluhur) memasuki bulan puasa," ujarnya. Hj.

Wadi menambahkan bahwa tradisi ini muncul karena pada zaman dahulu belum ada lampu dan lilin, jadi masyarakat berinisiatif membuat penerangan dari buah kemiri agar rumah mereka terang saat menyambut Ramadhan.

Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Modernisasi dan kemudahan akses terhadap penerangan modern menjadi salah satu faktor penyebabnya.

Tradisi Pelleng-pelleng ini dilaksanakan pada Jumat, (28 /02/202) malam di rumah-rumah warga Desa Uloe. "Pelleng" dalam bahasa Bugis berarti pelita atau lampu tradisional yang terbuat dari buah kemiri.

Cara membuatnya pun sangat sederhana, buah kemiri ditumbuk halus bersama kapas hingga mengeluarkan minyak.

Kemudian, adonan tersebut dibentuk lonjong dan ditusuk dengan tusuk sate. Selanjutnya, tusuk sate tersebut kemudian ditancapkan pada kulit batang pisang yang telah dibelah-belah. Setelah semua "pelleng" selesai dibuat, diletakkan di beberapa sudut rumah, baik di luar maupun di dalam.

Ketika matahari terbenam atau waktu maghrib tiba, "pelleng" dinyalakan seperti lilin, menerangi seisi rumah. Lampu-lampu modern kemudian dimatikan, menciptakan suasana yang khusyuk dan tradisional.

Meskipun mulai terkikis, sebagian kecil masyarakat Desa Uloe masih berusaha mempertahankan tradisi ini. Mereka berharap, tradisi Pelleng-pelleng dapat terus dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal dan menjadi pengingat akan kesederhanaan dan kebersamaan di bulan Ramadhan.

 

Editor : Arham Hamid

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut