MAKASSAR, iNewsCelebes.id – Mantan Media Officer (MO) PSM Makassar, Andi Widya Syadzwina, resmi menyandang gelar Doktor Ilmu Komunikasi dari Universitas Hasanuddin (Unhas). Wina—sapaan akrabnya—menyelesaikan ujian terbuka promosi doktor di Program Pascasarjana Unhas, Kamis (30/10/2025).
Dalam disertasinya yang berjudul “Komunikasi dan Olahraga: Studi Manajemen Komunikasi Liga Sepakbola Indonesia di Era Digital”, Wina menyoroti pentingnya tata kelola komunikasi dalam industri sepak bola nasional, terutama di tengah arus digitalisasi yang kian pesat.
Promotor utama dalam ujian terbuka tersebut adalah Prof Dr H Hafied Cangara, M.Sc, didampingi Prof Dr Andi Alimuddin Unde, M.Si, dan Prof Dr Tuti Bahfiarti, S.Sos., M.Si.
Adapun penguji internal terdiri atas Dr Muhammad Farid, M.Si, Dr Hasrullah, MA, dan Dr Muliadi Mau, S.Sos., M.Si, sementara penguji eksternal adalah Prof Agus Rusdiana, S.Pd, MA., Ph.D, Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan UPI.
Ujian terbuka itu turut dihadiri sejumlah tokoh penting Sulawesi Selatan, di antaranya Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin (mantan CEO PSM Makassar), Wakil Bupati Maros Andi Muetazim Mansyur, mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS), Kadis Kominfo Makassar Muhammad Roem, serta Asisten I Pemkot Makassar Andi Muhammad Yasir.
Sepak Bola Sebagai Fenomena Komunikasi dan Diplomasi Lunak
Dalam presentasinya, Wina mengungkap alasan memilih topik komunikasi olahraga karena bidang tersebut masih jarang disentuh oleh peneliti di Indonesia.
“Sepak bola ini bukan sekadar pertandingan, tetapi juga fenomena komunikasi dan diplomasi lunak. Namun sayangnya, prestasi sepak bola kita belum sebanding dengan antusiasme masyarakat,” jelasnya.
Ia menyoroti berbagai persoalan dalam pengelolaan liga, termasuk lemahnya koordinasi dan manajemen komunikasi antar pihak terkait. Salah satu studi kasus yang diangkat dalam disertasi adalah tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 yang menewaskan ratusan orang.
“Suporter adalah elemen penting sepak bola. Tanpa mereka, sepak bola kehilangan ruhnya. Namun tragedi Kanjuruhan menunjukkan lemahnya komunikasi krisis dan kurangnya transparansi,” tegas Wina.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Wina menyebut jumlah korban tragedi tersebut mencapai 250 jiwa, berbeda dari data resmi yang mencatat 135 korban. Ia menilai ketidakterbukaan informasi memperparah krisis kepercayaan publik terhadap penyelenggara liga.
Seruan untuk PSSI dan Industri Sepak Bola Nasional
Dalam kajiannya, Wina memaparkan sejumlah kelemahan manajemen komunikasi di Liga Indonesia, seperti minimnya sosialisasi kebijakan kepada klub dan suporter, kurangnya pemanfaatan teknologi digital, lemahnya koordinasi keamanan, serta ketidaktegasan regulasi.
“Transparansi, kejelasan jadwal, penegakan regulasi, serta komunikasi krisis harus menjadi fokus utama pembenahan,” ujarnya.
Sementara itu, Prof Andi Alimuddin Unde selaku promotor pendamping memberikan apresiasi terhadap riset Wina yang dianggap sangat relevan dengan kebutuhan industri olahraga modern.
“Kajian ini penting karena sepak bola tidak bisa dipisahkan dari industri dan komunikasi. Tanpa sponsor dan dukungan media, liga tidak akan bertahan,” tutur Prof Alimuddin.
Perempuan di Garis Depan Kajian Olahraga dan Komunikasi
Dengan gelar doktor yang diraihnya, Wina resmi menambah daftar akademisi perempuan Sulawesi Selatan yang menaruh perhatian serius terhadap riset olahraga dan komunikasi. Ia menjadi sosok inspiratif yang menunjukkan bahwa sepak bola tidak hanya bisa dibahas di stadion, tetapi juga di ruang akademik.
Karya ilmiahnya diharapkan menjadi pijakan baru bagi pengambil kebijakan dan pelaku industri sepak bola nasional untuk membenahi tata kelola komunikasi yang lebih profesional, transparan, dan humanis.          
          
          
Editor : Muhammad Nur
Artikel Terkait
