MAKASSAR -celebes.iNews.id: Sejumlah pedagang makanan gorengan di Makassar mulai menaikkan harga di awal pekan ini. Hal ini dilakukan karena harga minyak goreng yang masih mahal dan langka di beberapa tempat.
Di kios gorengan Pak Komar, Jl Bulusaraung, misalnya, harga semua jenis gorengan seperti pisang, tahu, tempe dan bakwan dijual Rp 5.000 per empat biji. Sebelumnya gorengan di tempat ini dijual Rp 1.000 per biji.
“Ini gara-gara minyak goreng yang mahal Pak, Sudah dua minggu ini harga minyak goreng masih di atas Rp 20 ribu per liternya. Padahal sebelumnya saya beli minyak itu Rp 62,500 untuk kemasan jeriken lima liter, Sekarang harganya lebih Rp 100 ribu,” ujar wanita penjual gorengan di depan RS Jaury Akademis Makassar ini, Selasa (15/3/2022).
Menurutnya, harga jual saat ini hanya untuk membantu bertahan agar bisa tetap berjualan. Dengan harga minyak saat ini seharusnya harga jual gorengan Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per biji.
“Tapi kita tahu kondisi masyarakat kita saat ini agak berat sehingga kalau harga dinaikkan lebih tingga lagi maka jualan kami ini tidak laku. Jadi terpaksa harus putar otak,’ jelas dia yang mengaku sudah 10 tahun bejualan gorengn.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Budi yang berjualan gorengan di sekitar Jl Cumi-cumi. Dia terpaksa mengurangi jumlah pisang atau sukun goreng yang dijualnya dari 10 biji per persi menjadi delapan biji.
“Kalau dibilang langka sebenarnya tidak juga karena saya masih bisa mendapatkan minyak goreng di toko langganan saya. Cuma harganya yang naik gila-gilaan sehingga kami pun harus menyesuaikan harga jual makanan ini,” kata ayah dua anak ini.
Dari pantauan cel;ebes.iNews.id, hari ini, dua kios gorengan yang berada di Jl Pongtiku sudah tutup. Warga sekitar menyebut kedua kios tersebut tutup dalam waktu yang berbeda. Ada yang sudah tutup sejak sepekan lalu namun ada pula yang baru tutup dalam dua hari terakhir ini.
Hingga saat ini minyak goreng juga masih langka dan mahal di Makassar dan sekitarnya. Sejumlah operasi pasar yang dilakukan belum mampu mengatakan kebutuhan rumah tangga ini. Jumlah kuota yang disediakan di setiap operasi pasar tidak seimbang dengan jumlah warga yang datang.
“Bagainana mau cukup kalau yang disediakan di pasar murah hanya 500 lilter sedangkan warga yang datang hampir .2000 orang,’ ujar warga Jl Laccukang bernama Suriati
Editor : Nur Farida