MAROS, iNewsCelebes.id – Angka stunting di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) turun drastis. Tahun 2024, prevalensi stunting merosot 12,3 persen dari 34,7 persen menjadi 22,4 persen.
Bupati Maros, AS Chaidir Syam, menyebut penurunan ini membuat Maros berada di bawah rata-rata Sulsel yang 23 persen. Meski begitu, target nasional 19,8 persen belum tercapai.
"Prevalensi stunting kita sekarang 22,4 persen. Kita terus melakukan gerakan untuk menekan angka ini," kata Chaidir di Korpri Lounge, Senin (11/8/2025).
Per 30 Juli 2025, jumlah balita di Maros 29.201 anak, 3.700 di antaranya stunting. Pemkab mengalokasikan Rp 60 miliar atau 4 persen APBD untuk penanganan stunting di 12 OPD.
Sekda Maros, Andi Davied Syamsuddin, mengatakan kunci penurunan stunting adalah pelayanan langsung ke kecamatan dan desa. "Sekarang pelayanan mendatangi objek stunting. Banyak anak yang dulu tak tersentuh layanan kesehatan kini cepat tertangani," ujarnya.
Faktor terbesar penyebab stunting di Maros adalah kebiasaan merokok di keluarga. Dari 3.675 kasus, 2.726 balita atau 74,18 persen berasal dari keluarga perokok. Pernikahan dini juga ikut menyumbang kasus.
Plt Kepala DP3AP2KB Maros, Andi Riswan Akbar, menyebut sebaran kasus tertinggi di Kecamatan Tanralili 530 kasus dan terendah di Mallawa serta Simbang masing-masing 55 kasus.
Sepanjang 2024, ada 4 kasus pernikahan anak yang diproses di Pengadilan Agama, 3 dikabulkan. Hingga Juli 2025, tercatat 9 kasus pernikahan anak, terdiri dari 1 laki-laki dan 8 perempuan.
Kepala Dinas Kesehatan Maros, Muhammad Yunus, menegaskan pencegahan stunting dimulai sejak remaja. “Kami beri tablet penambah darah, cegah pernikahan dini, dan timbang balita di Posyandu setiap bulan,” pungkasnya.
Editor : Muhammad Nur
Artikel Terkait