Appi sapaan akrab Munafri menyebut maggot mampu menjadi solusi pengurangan timbunan sampah.
“Satu kilo maggot bisa mengurai lima kilo sampah. Bayangkan kalau kita punya 100 kilo maggot, artinya 500 kilo sampah bisa habis. Kalau dikalikan tiga, itu 1,5 ton,” bebernya.
Ia menegaskan, keberhasilan program hanya bisa tercapai jika masyarakat sadar memilah sampah sejak dari rumah.
“Jangan bicara lingkungan kalau sampah masih dicampur dalam satu kantong. Minimal ada dua tempat sampah, untuk organik dan nonorganik,” tegasnya.
Selain isu sampah, Munafri mengajak warga menanam pohon endemik Makassar seperti satulu dan bune. Ia berharap setiap warga memiliki tanggung jawab menanam minimal satu pohon.
“Kalau 1,4 juta penduduk Makassar menanam, bayangkan seberapa hijau kota kita,” ucapnya.
Menurutnya, penghijauan kota akan memperbaiki kualitas udara sekaligus menjadi warisan lingkungan sehat bagi generasi mendatang.
Camat Panakkukang, Ari Fadli, menegaskan launching PESONA di Paropo menjadi pemantik lahirnya gerakan kolektif di seluruh 11 kelurahan.
“Hari ini Paropo jadi pemantik. Tujuannya memberi kesadaran masyarakat untuk memilah sampah organik dan anorganik, apalagi ini atensi Bapak Wali Kota dan Ketua TP PKK,” kata Ari.
Ia menambahkan, sampah bisa jadi peluang ekonomi bila dikelola dengan benar. Plastik bisa didistribusikan ke bank sampah, sementara organik dimanfaatkan sebagai pakan maggot.
Sementara itu, Lurah Paropo, Achiruddin Achmad, menjelaskan program ini lahir dari musyawarah warga bersama RT, RW, LPM, tokoh masyarakat, hingga penyuluh DLH sejak awal September.
“Setelah disepakati, hari ini kami memulai pengambilan sampah yang sudah dipilah warga,” jelasnya.
Program PESONA, lanjut Achiruddin, sejalan dengan visi Pemkot Makassar menuju kota bebas sampah dan hijau.
Di akhir sambutannya, Munafri menegaskan agar program ini tidak berhenti di seremoni semata.
“Saya berharap PESONA bukan hanya seremonial, tetapi aksi nyata pengelolaan sampah di tingkat masyarakat,” tandasnya.
Editor : Muhammad Nur
Artikel Terkait