get app
inews
Aa Text
Read Next : Sindikat Perjokian UTBK-SNBT di Unhas Terbongkar, 6 Pelaku Diterungku

Peran Krusial Sindikat Perjokian UTBK-SNBT di Unhas, Bekerja Terorganisir

Rabu, 07 Mei 2025 | 22:57 WIB
header img
Polisi Mengungkap Peran Tersangka Sindikat Perjokian di Unhas. (Foto: LeoMN).

MAKASSAR , iNewsCelebes.id - Sindikat kecurangan dalam bentuk perjokian pada Ujian Tulis Berbasis Komputer - Seleksi Penerimaan Nasional Berdasarkan Tes (UTBK-SNBT) 2025 di Universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar akhirnya terungkap.

Polrestabes Makassar bekerjasama pihak Unhas merilis enam orang terduga pelaku yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan saat ini seluruhnya telah ditahan. Mereka adalah CAI (19), AL (40), MYI (28), I (32), MS (29), dan ZR (36).

Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol Arya Perdana menyatakan, para tersangka memiliki peran krusial dan bekerja sangat terorganisir dan menggunakan modus canggih dalam melakukan kecurangan ini.

"Setelah menerima informasi dari pihak kampus, kami melakukan penyelidikan dan menetapkan enam tersangka," kata Arya Perdana dalam konferensi pers di Mapolrestabes Makassar, Rabu (07/05/2025).

Guna melancarkan aksinya, sindikat ini dikatakan menggunakan dua modus utama dalam menjalankan praktik curang penggunaan joki untuk menggantikan peserta secara langsung, dan pemasangan aplikasi pengendali jarak jauh pada komputer peserta ujian.

“Tersangka bekerja secara terorganisir dan profesional. Setiap orang memiliki peran yang spesifik,” ucapnya.

Seorang mahasiswi aktif Fakultas Kedokteran Unhas berinisial CAI, dikatakan bertindak sebagai joki. Ia diduga menjadi joki yang menggantikan peserta asli UTBK, khususnya untuk program studi Kedokteran yang persaingannya sangat ketat.

Tidak hanya itu, CAI juga mengerjakan soal-soal yang dikirim secara diam-diam melalui sistem remote access yang sudah dipasang sebelumnya pada perangkat ujian milik peserta.

"CAI tidak hanya menjadi joki, tetapi juga yang menyelesaikan soal-soal yang dikirimkan oleh AL melalui koneksi jarak jauh," tuturnya.

Sementara AL, pria berusia 40 tahun, disebut-sebut sebagai otak dari seluruh operasi sindikat ini.

Ia merekrut CAI sebagai joki dan juga mengatur keseluruhan skema teknis mulai dari pengiriman soal hingga pengembalian jawaban.

Bukan hanya itu, AL juga membujuk MYI, seorang pegawai internal Unhas, agar membantu dalam proses pembuatan dan pemasangan aplikasi pengendali jarak jauh pada komputer peserta UTBK.

"AL menyuruh I dan MYI untuk mengembangkan serta memasang aplikasi pengendali jarak jauh di perangkat ujian," sebutnya.

Tersangka I, yang berusia 32 tahun, kemudian bertindak sebagai penghubung penting.

Ia menjadi jembatan antara pihak pengembang aplikasi dan operator lapangan untuk memastikan sistem berjalan tanpa hambatan.

Setelah aplikasi berhasil dipasang, giliran MS yang mengambil peran. Ia mengoperasikan sistem remote dari luar lokasi ujian, menerima soal-soal yang muncul di layar peserta dan segera mengirimkannya ke AL.

"MS juga memilih jawaban yang benar di komputer miliknya yang telah terhubung dengan komputer peserta melalui aplikasi remote. Jawaban tersebut berasal dari CAI, yang sebelumnya diteruskan oleh AL," terangnya.

Rangkaian pengiriman ini sangat sistematis. Dari komputer peserta, soal masuk ke komputer MS, lalu diteruskan ke AL yang menghubungi CAI untuk menjawab. Setelah jawaban diterima, MS yang bertugas menginput kembali ke sistem peserta.

Dalam jaringan ini, ada pula peran penting dari tersangka ZR. Ia menjadi pemasok awal aplikasi remote access yang digunakan dalam operasi ini, yang kemudian diserahkan kepada I.

ZR lalu menyerahkan aplikasi itu kepada I, yang selanjutnya mengarahkan penggunaannya kepada MYI dan MS untuk dipasang dan dioperasikan saat ujian berlangsung.

Arya menegaskan bahwa penyelidikan masih terus berlanjut dan tidak menutup kemungkinan ada tersangka tambahan, termasuk dari pihak yang menggunakan jasa joki dalam ujian masuk perguruan tinggi ini.

Kasus ini menjadi perhatian serius karena menyangkut integritas seleksi masuk perguruan tinggi nasional, terutama di fakultas-fakultas bergengsi seperti Kedokteran.

"Kami akan terus bekerja sama dengan pihak kampus dan panitia SNBT untuk menutup celah-celah yang dimanfaatkan oleh pelaku kecurangan," pungkasnya.

Editor : Muhammad Nur

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut