MAKASSAR-celebes.inews.id: Kawasan tambak (empang) milik Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (PP IKA Unhas) Dr Andi Amran Sulaiman (AAS) di kawasan Panaikang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi ajang diskusi sejumlah akademisi bergelar profesor dan dan doktor.
Selama ini profesor dikenal sebagai guru besar karena kepangkatan, namun di tambaj AAS, gelar itu justru bertambah Status guru besar dipilah-pilah lagi berdasarkan kesepakatan, yakni profesor senior, profesor junior, profesor guru besar dan profesor kecil.
Namun ini hanya candaan, seloroh-seloroh untuk membangun suasana akrab saat menerima tamu yang diundang khusus ke empang founder Tiran Group itu, Sabtu (21/5/2022). Empang milik AAS yang terhampar di belakang Makodam XIV Hasanuddin yang luasnya sekira 36 hektare (ha).
Gelar profesor adalah kepangkatan akademik yang disandangkan apabila jabatan seseorang atau golongan ruang angka kredit jabatan fungsional akaemik dosen berada di tingkat IV/d atau IV/e.
‘’Agar adil kita bagi berdasarkan prioritas untuk menunjukkan posisi. Profesor yang didahulukan untuk menerima ikan terbesar. Menyusul yang pertama tiba di lokasi,’’ kata Andi Amran bercanda, yang disetujui para tamu sambil ikut tertawa.
Ternyata cara ini belum cocok. Kurang adil, kata tamu lainnya, karena Hamdan Juhannis –Rektor UIN Alauddin, Makassar-- adalah profesor dan tamu yang pertama tiba di lokasi. ‘’Kalau begitu saya dapat jatah dua kali,’’ kata Prof Hamdan, sambil tertawa.
Para profesor dan doktor kemudian mengusul agar syaratannya diubah supaya adil. Maklum Profesor Dr Muin Fahmal yang ikut di mobil Kahar Gani tiba terakhir. Padahal, Prof Muin dianggap senior.
‘’Berarti Prof Muin dapat ukuran kecil karena yang besar sudah habis dibagi,’’ goda Prof Hamdan sambil mundur ke belakang, seolah ingin bersembunyi dari pandangan Prof Muin.
Suasana menjadi ramai karena goyun-guyonan ala profesor. Mereka saling menimpali, mirip saat diskusi dalam forum. ‘’Untuk Prof Hamdan, yang kita nilai hanya satu, yakni pertama tiba di lokasi. Profesornya kita anggap guru kecil,’’ usul Dr Ir Sudiman Numba sambil tertawa.
Kalau begitu, tambah dosen Universitas Muslim Indonesia (UMI) yang biasa disapa Cudi, di sini berlaku juga doktor besar, doktor kecil dan doktor senior, . Yang lain menimpali, sekalian saja dipilah lagi menjadi profesor senior dan profesor junior.
Akhirnya semua aturan yang ditetapkan tidak berlaku karena jumlah ikan besar dan ikan kecil berlimpah. Profesor atau tidak profesor semua dapat.
Kehadiran sejumlah profesor dan doktor di empang milik AAS adalah kelanjutan dari kegiatan rutin Forum Dosen yang biasanya dilaksanakan Jl. Cenderawasih No. 430, Makassar.
Sehari sebelumnya, Jumat, 20 Mei diskusi digelar di AAS Building, Jl Urip Sumaharjo, Makassar, dengan narasumber utama Andi Amran Sulaiman yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat IKA Unhas.
Diskusi yang dimulai usai Salat Jumat itu lebih banyak menyorot mengenai kondisi bangsa dan negara, terutama terkait penegakan hukum dan keadilan ekonomi serta kesejahteraan.
Hadir, antara lain, Koordinator Forum Dosen Dr Adi Suryadi Culla, Sekretaris Forum Dosen Dr Naidah Naing, Rektor UIN Alauddin Prof Dr Hamdan Juhannis, Rektor Unifa Dr Mulyadi Hamid, Guru Besar UMI Prof Muin Fahmal, Guru Besar UMI Prof Maruf Hafidz SH MH,
Juga hadir Dosen FISIP Unhas Dr Hasrullah MA, Dosen UIN Alauddin Dr Firdaus Muhammad, Dosen Unismuh Dr Amir Muhiddin, dan Dr Sudirman Numba.
Diskusi pada hari pertama berlangsung hingga menjelang salat magrib. Diskusi yang bernas, akrab –berkali-kali -- diselingi perdebatan, namun selalu diakhiri tawa.
Karena serunya, diskusi masih sempat berlanjut di musala hingga di ruang lobi dan teras AAS Building. Sebelum bubar, peserta diskusi sepakat melanjutkan diskusi esok hari Sabtu, 21 Mei di empang milik Andi Amran Sulaiman.
“Saya tunggu besok pagi. Jam enam (pagi) kita jalan ke empang. Di sana kita lanjutkan diskusi sekaligus menyaksikan langsung sebagian hasil diskusi kita,” kata AAS.
Pagi-pagi, Andi Amran Sulaiman sudah standby di empang miliknya. Andi Amran Sulaiman tiba lebih awal di empang. Disusul Prof Hamdan Juhannis. Keduanya tiba sebelum matahari terbit sempurna.
Sudah hadir juga Bendahara Umum PP IKA Unhas Prof Dr Murtir Jeddawi, SH, S.Sos,M.Si, Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) 2018-2019 yang sekarang menjabat Direktur IPDN Kampus Sulawesi Selatan.
Koordinator Forum Dosen Dr Adi Suryadi Culla dan Naidah Naing menyusul bersama A.S Kambie, Wakil Sekretaris Bidang Komunikasi dan Informatika, IKA Unhas.
Di lokasi juga hadir Ketua Bidang Komunikasi dan Informatika PP IKA Unhas yang baru dilantik: Suwardi Thahir bersama Ilham Rasyid, Salahuddin Alam, dan Kahar Gani.
Editor : Nur Farida