Profil Aipda Ahmad Syarifuddin: Polisi yang Jadi Relawan Sampah di Bulukumba

Lanjutnya, awalnya masyarakat dikatakan hanya patungan beli bak sampah lalu kemudian membeli sepeda motor bak terbuka beka. Akhirnya, kembali menyepakati iuran operasional pengangkutan, dari 150 kepala keluarga, senilai Rp 20 ribu per rumah tangga setiap bulan.
Dari iuran tersebut, sekitar Rp 3 juta terkumpul tiap bulan. Dana itu digunakan untuk menggaji dua remaja pengangkut sampah dan menutup biaya operasional lainnya seperti bahan bakar.
Kini, kompleks BTN Puri Asri tak lagi kumuh. Lorong-lorong bersih, udara segar, dan warga kembali nyaman tinggal di rumah mereka. Yang paling membanggakan, semua berawal dari inisiatif seorang polisi.
“Alhamdulillah, sekarang tak ada lagi tumpukan sampah. Warga pun lebih peduli soal kebersihan,” ucap Pak Ganja.
Menjadi Teladan, Bukan Sekadar Menjaga Keamanan
Bagi Aipda Ahmad, menjadi polisi bukan hanya soal tugas formal. Ia percaya bahwa polisi juga harus bisa menjadi panutan dan motor penggerak di masyarakat, termasuk dalam hal kecil seperti kebersihan.
“Saya tidak jijik. Ini bagian dari pengabdian. Kita harus jadi contoh, bukan cuma bicara. Dan saya senang karena hasilnya nyata,” katanya.
Setiap pagi sebelum berangkat bertugas, Pak Ganja memastikan seluruh sampah di kompleksnya sudah terangkut. Bila perlu, ia tak segan menghubungi dua anggotanya untuk turun membantu.
Editor : Muhammad Nur