Geger! Nama Bahlil Lahadalia Hilang dari MWA Universitas Hasanuddin , Ada Apa di Tengah Pilrek?

Enam nama telah masuk tahap sosialisasi dan kampanye. Meliputi, Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc., Dr. Marhaen Hardjo, M.BioMed., Ph.D., Prof. dr. Budu, Ph.D., Sp.M(K), M.MedEd., Prof. Ir. Muhammad Iqbal Djawat, M.Sc., Ph.D., Prof. Dr. Ir. Muhammad Restu, M.P., Dr. Ir. Zulfikar Basri Hasanuddin, M.Eng.
Dari enam nama ini, Senat Akademik akan menyaring tiga calon dengan suara terbanyak untuk maju ke tahap pemilihan akhir oleh MWA.
Suara Menteri dan MWA Tentukan Rektor Baru
Dalam sistem Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) seperti Unhas, MWA memegang peran penting sebagai pemegang suara tertinggi dalam pemilihan rektor. Komposisi suara terbagi menjadi 35 persen milik Mendikbudristek, dan 65 persen sisanya dibagi rata di antara anggota MWA lainnya.
Pemilihan dilakukan secara tertutup melalui rapat pleno MWA. Calon dengan suara terbanyak akan ditetapkan sebagai rektor terpilih periode 2026–2030.
“Prinsipnya, seluruh tahapan akan berjalan objektif dan transparan. Kami ingin memastikan Pilrek Unhas berlangsung kondusif, terukur, dan sesuai aturan,”
ujar Ishaq.
Meski pergantian anggota MWA terjadi di tengah momentum Pilrek, pihak kampus menegaskan tidak ada unsur politik di baliknya.
“Unhas memiliki sistem yang kuat untuk memastikan pemilihan rektor berlangsung tanpa intervensi politik luar,”
tutup Ishaq.
Dengan demikian, pergantian Bahlil Lahadalia bukan babak panas dari drama Pilrek Unhas, melainkan cerminan komitmen kampus terhadap tata kelola yang bersih dan transparan. Kini, seluruh mata tertuju pada proses demokrasi akademik untuk mencari pemimpin baru yang mampu membawa Unhas lebih maju di kancah nasional dan global.
Editor : Muhammad Nur