Menurut Sahrul, yang dibutuhkan bangsa saat ini bukanlah melupakan masa lalu, melainkan menghadapinya dengan keberanian moral.
“Rekonsiliasi sejati hanya dapat lahir dari pengakuan terhadap kebenaran sejarah. Tanpa itu, kita akan terus terjebak dalam ingatan yang tak selesai,” ujarnya.
Dalam pandangannya, menilai kelayakan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional harus dilakukan secara proporsional dan objektif. Sahrul menegaskan, sejarah tidak bisa dibaca secara hitam-putih.
“Soeharto membawa Indonesia pada masa pembangunan dan stabilitas nasional yang panjang, mulai dari swasembada pangan, pembangunan infrastruktur, hingga penguatan posisi Indonesia di dunia internasional.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait
